Sri Lanka telah dikenal menggunakan faktor pembangunan kesehatan yg positif termasuk kematian bayi yang rendah, kematian bunda yang rendah dan status gizi yg baik di anak-anak. namun hari ini, persentase yg cukup besar asal populasi ‘berisiko secara gizi’ menyusul krisis ekonomi yang terjadi yg menyebabkan kelangkaan kuliner.
Sang karena itu, organisasi internasional seperti UNICEF menyatakan bahwa krisis ini kemungkinan telah mensugesti sekitar 2,tiga juta anak pada negara ini dan intervensi segera diharapkan buat mencegah populasi ini menjadi kurang gizi.
Selama diskusi yang baru-baru ini diadakan, Profesional Medis untuk Perubahan Sistem mengundang 3 pembicara terkemuka untuk menyebutkan kerentanan anak-anak di segmen berpenghasilan rendah, bagaimana kekurangan nutrisi bisa mengakibatkan stunting dan wasting, serta tantangan dan solusi sosiologis.
Ketidakmampuan buat mengimpor bahan makanan karena restriksi impor dan kekurangan devisa serta gagal panen yg dialami selama animo Yala dan Maha sudah diidentifikasi menjadi 2 alasan utama krisis yang terjadi. pada hal gizi, orang membutuhkan karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta zat gizi dalam jumlah yang relatif. tetapi, harga semua bahan kuliner melonjak, terutama kuliner yg mengandung protein.
Harga ayam serta telur mahal. “Akibatnya, orang cenderung mengalami kekurangan protein; lalu terdapat duduk perkara dengan karbohidrat sebab lonjakan harga beras, roti, serta barang-barang lainnya,” istilah Konsultan Dokter Anak Dr.Ajith Amarasinghe.
“Oleh karena itu, poly organisasi internasional sudah menyimpulkan bahwa 25% unit famili pada negara ini kemungkinan besar akan mengalami situasi seperti kelaparan. Prediksinya, asal 22 juta penduduk di Tanah Air, lebih kurang lima,7 juta akan terkena dampak kelangkaan pangan ini.
Terdapat dua,tiga juta anak pada populasi ini dan organisasi internasional menjamin Sbobet Casino bahwa anak-anak ini akan membutuhkan donasi kemanusiaan di waktu ini, ”menggarisbawahi Dr Amarasinghe.
Menjadi langkah awal, penting buat mengidentifikasi pihak-pihak yg terkena dampak langsung dari krisis serta dampak jangka panjang serta jangka pendeknya. Anak-anak dapat terpengaruh serta itu tergantung pada tingkat pendapatan pula.
“Setiap anak berhak atas pangan,” kata ketua Pendiri Otoritas proteksi Anak dan Dokter Anak Nasional, Prof Harendra De Silva. “Anak-anak pada segmen berpenghasilan tinggi mampu mengalami obesitas, tetapi itu tidak berarti bahwa tak ada kekurangan gizi pada negara ini.
Kelangkaan makanan akan menyebabkan ketidakseimbangan protein-kalori dan ketidakseimbangan ini akan mengakibatkan wasting pada anak. Sebelumnya pula, lebih kurang 15% anak-anak Sri Lanka mengalami wasting. Persentase ini akan meningkat dalam 5 tahun ke depan karena syarat yg berlaku. Akibatnya, anak jua bisa mengalami stunting.
Menjadi planning jangka pendek, kita wajib melihat apakah seseorang anak akan mengalami stunting dampak kelangkaan makanan. Jika berat badan anak lebih mungil dibandingkan dengan tinggi badannya, kami berkata bahwa ia menunjukkan tanda-tanda stunting. namun Bila kita membandingkan tinggi badan dengan usia, anak mungkin lebih pendek (atau dengan istilah lain, ini dianggap kurus).
Pada kebanyakan perkara, petugas kesehatan tidak memberikan angka-nomor ini dalam buku catatan. oleh sebab itu kami membutuhkan statistik tergantung pada taraf pendapatan dan wilayah. Anak yg lahir asal ibu hamil yang kerdil atau kurus akan mempunyai berat badan lahir rendah. lebih kurang 16% anak mempunyai berat badan lahir rendah. ada kesamaan anak lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami stunting selama hidupnya.
Jika ada lebih sedikit makanan pada tempat tinggal serta terdapat seorang perempuan hamil, beliau kemungkinan akan memberi makan anak-anaknya yang lain berasal piringnya. karena itu, beliau sendiri akan kekurangan kuliner. Bila ibu hamil tetap lapar, itu akan menghasilkan bayi yg belum lahir kekurangan kuliner serta dia akan lahir menggunakan berat badan lahir rendah. Kelangkaan pangan dalam situasi ini akan mengakibatkan duduk perkara pribadi dan jangka panjang.
Kekurangan protein serta kalori akan menyebabkan kondisi seperti marasmus. pada tahun 1975, saat saya bekerja sebagai dokter, aku melihat anak-anak seperti kerangka karena kekurangan protein dan kalori yg mengarah ke marasmus serta itu mampu mengakibatkan fatal. Kwashiorkor di sisi lain adalah di mana tubuh membengkak karena tidak mampu membentuk protein sendiri. Hal ini lazim terjadi di tahun 1975,” istilah Prof. De Silva.